Kekayaan budaya Sumatera Barat tersebut meliputi tarian tradisional,
makanan khas, alat musik tradisional, rumah adat, pakaian adat,
keragaman suku, perayaan adat, lagu tradisional dsb. Berikut adalah
ulasan dari berbagai macam kebudayaan Sumatera Barat.
Tarian tradisional
Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat
budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari
Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam, keunikan adat
matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh
besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, diantaranya
tari Pasambahan, tari Piring, tari Payung dan tari Indang. Sementara itu
terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau lainnya berupa
perpaduan unik antara seni bela diri yang disebut silek dengan tarian,
nyanyian dan seni peran (akting) yang dikenal dengan nama Randai.
Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai disebut Turuk Langai. Tarian
Turuk Langai ini umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan, sehingga
judulnya pun disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya tari
Burung, tari Monyet, tari Ayam, tari Ular dan sebagainya.
Alat musik tradisional
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatra Barat yang
dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari
setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang
bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan
bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari
instrumen alat musik tradisional antara lain :
- Saluang
- bansi
- talempong
- rabab
- gandang tabuik
Lagu tradisional
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat yang
dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari
setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Musik Minangkabau berupa
instrumentalia dan lagu – lagu dari daerah ini pada umumnya bersifat
melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang
memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan
kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau.
Contoh lagu tradisional dari provinsi Sumatera Barat adalah kambanglah
bungo, barek solok, rang talu, malam baiko dan lain – lain.
Pakaian adat
Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang
menunjukkan ethos kebudayaan suatu masyarakat. Dengan melihat pakaian
seseorang, orang akan mengatakan bahwa orang tersebut dari daerah sana.
Jadi pakaian adat mewakili masyarakat dan adat sesuatu daerah
membedakannya dengan adat daerah lain.
Perayaan adat
Perayaan adat yang disebut juga dengan perayaan adat. Upacara di
daerah minangkabau ini beragam mulai upacara kematian, upacara
pernikahan, upacara selamatan, upacara yang berkaitan dengan
perekonomian, dan upacara sepanjang hidup manusia. Upacara sepanjang
hidup manusia seperti upacara karek pusek, mengaji di surau, tamat kaji
(khatam al-qur’an), upacara sunat rasul, dll.
Keragam suku
Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di
daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak dan suku
Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Di beberapa
kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis Tionghoa,
Tamil dan suku Nias dan di beberapa daerah transmigrasi (Sitiung, Lunang
Silaut, Padang Gelugur dan lainnya) terdapat pula suku Jawa.
Rumah adat
Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut
Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah
milik keluarga induk dalam suku / kaum tersebut secara turun temurun.
Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun
sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat
tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah. Sementara etnis
Mentawai juga memiliki rumah adat yang berbentuk rumah panggung besar
dengan tinggi lantai dari tanah mencapai satu meter yang disebut dengan
uma. Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh
keluarga. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan
paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.
Seni arsitektur merupakan kebudayaan
Rumah adat termasuk dalam seni arsitektur. Di dalam seni arsitektur
pencipta dapat merancang sebuah gedung dengan inisiatifnya tersendiri.
Pencipta dapat merancang gedung yang akan di buatnya dengan mewah, unik
dan anggun seperti yang di inginkan. Ia dapat menambahkan berbagai
hiasan, pola ataupun bentuk-bentuk yang menarik baginya. Begitu pula
orang-orang yang melihat bangunan tersebut. Mereka dapat merasakan seni
yang terkandung di bangunan tersebut dan memiliki rasa keingintahuan
yang lebih dalam lagi untuk mengetahui filosofi bangunan tersebut. Dalam
artian secara sempit ataupun secara global Seni Arsitektur memiliki
arti “seni atau ilmu dalam merancang bangunan-bangunan”. Dalam artian
yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota,
perancangan perkotaan, arsitektur lansekap. Hingga ke level mikro yaitu
desain bangunan, desain parabot dan desain produk arsitektur juga
merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Namun, dapat
dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri dalamnya sudah mencakup
baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi disiplin, termasuk di dalamnya adalah
matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah,
filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, “Arsitektur adalah ilmu
yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan di lengkapi dengan proses
belajar, dibantu dengan penilaian terhadapkarya tersebut sebagai karya
seni”. Ia pun menambah bahwa seorang arsitek harus fasih dalam bidang
musik, astronomi, dan sebagainya. Filsafat adalah salah satu yang utama
di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, Impirisialisme,
Fenomenologi, Struktur ralisme, Post-strukturalisme, dan
Dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi
arsitektur.
Seni Arsitektur berawal dari peradapan nenek moyang kita misalnya
bagunannya mengandung ukiran-ukiran atau bentuk-bentuk yang lainnya,
sehingga dapat di turunkan ke anak-anaknya sampai sekarang. Di Indonesia
terdapat banyak-banyak macam seni arsitektur di antaranya Arsitektur
Rumah Gadang, seperti bangunannya terdapat ukiran-ukiran yang indah dan
mempunyai arti, kemudian atapnya yang berbentuk seperti tanduk dan masih
banyak lagi, sehingga seni arsitektur memiliki nilai budaya.
Seni Arsitektur berhubungan dengan budaya karena seperti yang
dijelaskan di atas bahwa didalam rumah gadang mengandung banyak budaya –
budaya. Rumah gadang adalah nama untuk rumah adat minangkabau yang
merupakan rumah adat tradisional dan banyak dijumpai di daerah Sumatra
Barat, Indonesia. Rumah gadang juga memiliki beberapa nama panggilan
yang lain. Seperti bagonjong, dan baanjung. Disebut bagonjong karena
memiliki bentuk atap yang melengkung ke atas dengan ujung runcing mirip
bentuk tanduk kerbau. Sedangkan disebut baanjung karena di sayap
bangunan sebelah kanan dan kirinya ruang anjuang (anjung). Ruang ini
digunakan oleh masyarakat setempat sebagai tempat pengantin bersanding
atau tempat penobatan kepala adat.
Bentuk dasar rumah gadang adalah empat persegi panjang, berupa rumah
panggung. Bentuk dindingnya yang membesar ke atas disebut silek. Untuk
menghindari tampias dikala hujan. Tangga untuk menuju ke pintu terletak
di depan rumah dan beratap. Rumah ini dibagi beberapa kamar yang disebut
bilik, biasanya berjumlah ganjil. Rumah ini biasanya juga banyak
dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun demikian tidak semua
kawasan di Minangkabau (Darek) yang boleh didirikan rumah adat ini,
hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai Nagari saja rumah
gadang ini boleh didirikan. Begitu pula pada kawasan yang disebut dengan
rantau. Rumah adat ini dahulunya juga tidak ada yang didirikan oleh
para perantau Minangkabau. Fungsi dari rumah ini yaitu sebagai tempat
tinggal bersama, sebagai lambang kehadiran suatu kaum, sebagai pusat
kehidupan dan kerukunan, sebagai tempat merawat anggota keluarga yang
sakit. Rumah ini memiliki ketentuan sendiri. Dalam rumah gadang, kamar
yang ada di rumah tersebut memiliki bagian dan fungsi sendiri. Jumlah
kamarnya bergantung pada jumlah perempuan yang tinggal di dalam. Setiap
perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah
kamar, sementara orang tua dan anak memperoleh tempat di kamar dekat
dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung. Bagian dalam
rumah gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam
terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu
berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang
berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari
kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah,
bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil
antara 3 dan 11.
Rumah gadang biasanya di bangun di atas sebidang tanah milik keluarga
induk dalam suku atau kaum tersebut secara turun temurun dan hanya
dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut. Di
halaman depan rumah gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan
rangkiang, di gunakan untuk menyimpan padi. Rumah gadang pada sayap
bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung. Sebagai tempat
pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat. Anjung pada
kelarasan bodi chanlago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya.
Sedangkan pada kelarasan kotopiliang memakai tongkat penyangga. Hal ini
sesuai filosofi yang dianut kedua golongan yang berbeda. Salah satu
golongan menganut prinsip pemerintahan hiranki, menggunakan anjung yang
memakai tongkat penyangga. Pada golongan lainnya anjuang seolah olah
mengapung di udara. Tidak jauh dari kompleks rumah gadang tersebut.
Biasanya juga di bangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat
ibadah, pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki
dewasa kaum tersebut yang belum menikah.
Ciri – ciri bentuk dasar rumah gadang yang dasarnya berbentuk balok
persegi empat yang mengembang ke atas. Garis melintangnya melengkung
tajam dan di tandai dengan bagian tengah lebih rendah. Lengkung atap
rumahnya sangat tajam seperti tanduk kerbau. Sedangkan lengkung badan
dan rumah landai seperti badan kapal. Atap rumahnya terbuat dari ijuk.
Bentuk atapnya yang melengkung dan runcing ke atas disebut gonjong. Ciri
– ciri lain dari rumah gadang yaitu ukiran – ukiran pada dinding bagian
luar dari rumah gadang. Pada bagian dinding rumah gadang dibuat dari
bahan papan, sedangkan bagian belakang dari bahan bambu. Papan dinding
dipasang vertical, sementara semua papan yang menjadi dinding dan
menjadi bingkai diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi penuh
ukiran. Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan
pada dinding rumah gadang. Pada dasarnya ukiran pada rumah gadang
merupakan ragam hias pengisi bidang dalam bentuk garis melingkar atau
persegi motif umumnya tumbuhan merambat, akar yang berdaun, berbunga,
dan berbuah.